Rabu, 12 Mei 2010

Pengoraginisasian Masyarakat



“ PENGORGANISASIAN MASYARAKAT “
A. Mengasah Kemandirian Masyarakat
Pada saat ini masih banyak orang yang belum mengerti arti kemandirian yang sesungguhnya, apakah yang dimaksud dengan kemandirian itu sendiri? "Kemandirian merupakan nilai yang sangat berharga, untuk melatih kemandirian tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun harus memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan tanpa kita sadari bahwa kemandirian sudah melekat pada diri kita".
Kemandirian memang hal yang umum bukan hal yang aneh lagi untuk dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari, namun masih banyak orang yang tidak mengerti dan memahami arti kemandirian yang sesungguhnya. Kenyataannya memang seperti itu adanya karena itu bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, oleh karena itu kita harus terlebih dulu memahami dan memaknai arti sebuah kemandirian.
Pada kehidupan sehari-hari kita juga bisa menerapkan kemandirian, namun apakah kita sudah mendapatkan arti kemandirian tersebut. Apa kita mandi sendiri sudah dikatakan mandiri, belum bisa dikatakan mandiri karena nilai suatu kemandirian sangatlah luas sekali.
Nilai kemandirian memang sangat penting untuk kita dan orang lain maupun kehidupan sehari-hari.
Satu kunci Indonesia bisa lepas dari ketergantungan negara asing adalah mandiri. Negara yang selalu bergantung pada negara lain pasti akan sulit maju. Begitu juga daerah, apabila selalu menadahkan tangan pada pemerintah pusat, akan sulit maju. Tidak ada cara lain bagi daerah agar bisa maju dengan cara bekerja keras memanfaatkan seluruh potensi secara mandiri.
Bagaimana cara daerah bisa mandiri? Salah satu cara adalah melatih masyarakat serta memanfaatkan potensi secara maksimal dan mandiri. Harus diakui, akibat tingginya ketergantungan negara kita kepada negara luar memberikan pengaruh besar bagi mental warga negaranya. Justru membuat masyarakat manja dan tidak mandiri. Negara suka menggantungkan diri, demikian juga warganya. Pemerintah daerah suka menggantungkan diri pada pemerintah pusat, begitu juga warganya. Belum lagi banyak program pemerintah selama ini bukan membuat masyarakat mandiri, malah senang berpangku tangan. Sebagai contoh, program subsidi pemerintah, memang di satu sisi sangat meringankan beban orang kecil, tapi di sisi lain itu justru membuat tidak mandiri. Contoh lagi, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) memang secara instant dapat meringankan beban orang miskin, tapi di balik semua itu justru membuat masyarakat miskin tidak mandiri. Malah, BLT semakin membuat masyarakat senang berpangku tangan. Dan, membuat masyarakat miskin besar kepala sehingga senantiasa menadahkan tangan.
Salah satu program pemerintah yang bisa dikatakan sebagai proses melatih kemandirian masyarakat yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Dulu, program ini dinamakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Konsep tersebut sama halnya dengan program pemerintah lainnya. Tiba-tiba jalan di suatu desa dibangun tanpa mengomunikasikan dengan di wilayah masyarakat tersebut. Lalu, dibangun dengan mendatangkan peralatan dan pekerja dari luar. Selesai, main tinggal begitu saja. Soal urusan, bukan dengan perangkat dan warga desa, melainkan hanya kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU). Soal nanti bagaimana kualitas proyek tersebut, tidak ada persoalan dengan warga.
Sementara PNPM Mandiri P2KP justru sebaliknya. Program itu memang dari pemerintah, tapi penjajakan kebutuhan dari awal sampai akhir serta mengerjakan, mengawasi dan merawatnya adalah masyarakat. Inilah yang dinamakan mandiri. Dana memang tidak disiapkan masyarakat, tapi upaya untuk mendapatkan dana itu justru dilakukan masyarakat.

B. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat adalah konsep yang sudah dikenal dan dipakai oleh para pekerja sosial di Amerika pada akhir tahun 1800, sebagai upaya koordinatif memberikan pelayanan kepada imigrasi, kelompok miskin yang baru datang (Garvin dan Cox).
Menurut “Ross Murray” Pengorganisasian Masyarakat adalah : Suatu proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada dalam masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong.
B. Aspek-Aspek Pengorganisasian Masyarakat
Pada pengertian tersebut terdapat 3 aspek penting yang terkandung di dalamnya, yaitu :
1. Proses
a. Merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin juga tidak disadari,
b. Jika proses disadari, berarti masyarakat menyadari akan adanya kebutuhan,
c. Dalam prosesnya ditemukan unsur – unsur kesukarelaan. Kesukarelaan timbul karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk mengatasinya,
d. Kesukarelaan juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau masyarakat,
e. Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukan pada segelintir orang saja yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya.
f. Selanjutnya mengintruksikan kepada masyarakat untuk bersama – sama mengatasinya.
2. Masyarakat
Masyarakat biasanya diartikan sebagai :
a. Kelompok besar yang mempunyai Batas – batas Geografis : Desa, Kecamatan, Kabupaten dsb.
b. Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih besar,
c. Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan kelompok yang lebih besar,
d. Kelompok yang secara bersama – sama mencoba mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Berfungsinya Masyarakat
Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Menarik orang – orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja, untuk membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah – masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
b. Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh keseluruhan masyarakat,
c. Melakukan upaya penyebaran rencana ( kampanye ) untuk mensukseskan rencana tersebut.
C. Pendekatan Dalam Pengorganisasian Masyarakat
Pada prinsipnya Pengorganisasian Masyarakat mempunyai orientasi kepada kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu menurut “Ross Murray” dalam Pengorganisasian Masyarakat, terdapat 3 Pendekatan yang digunakan, yaitu :
1. Spesific Content Objective Approach
Pendekatan baik perseorangan, Lembaga swadaya atau Badan tertentu yang merasakan adanya masalah kesehatan dan kebutuhan dari masyarakat akan pelayanan kesehatan, mengajukan suatu proposal / program kepada instansi yang berwenang untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Contoh : Program penanggulangan sampah.
2. General Content Objective Approach
Pendekatan yang mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam suatu wadah tertentu. Misalnya : Program Posyandu, yang melaksanakan 5 – 7 upaya kesehatan yang dijalankan sekaligus.
3. Process Objective Approach
Pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pengambil prakarsa, mulai dari mengidentifikasi masalah, analisa, menyusun perencanaan penaggulangan masalah, pelaksanaan kegiatan, sampai dengan penilaian dan pengembangan kegiatan ; dimana masyarakat sendiri yang mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
D. Langkah Dalam Pengorganisasian Masyrakat (CO)
Sebuah proses dimana seorang CO mencoba untuk terlibat bersama di aras komunitas dan menjalin komunikasi serta relasi dengan cara belajar dari kebiasaan sehari-hari dari komunitas. Akan lebih baik jika CO tinggal bersama dengan komunitas untuk membangun kepercayaan dan mempelajari segala potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh komunitas. Dalam pengorganisasian komunitas mengenal 10 langkah pengorganisasian. Kesepuluh langkah pengorganisasian tersebut ialah :
1. Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah sebuah langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang organiser dalam memulai pengorganisasian. Dalam intergrasi social tahap yang harus dilakukan yakni, membangun kontak person, hidup bersama dengan komunitas. Tujuannya adalah agar ia dapat diterima oleh masyarakat itu.
2. Investigasi Sosial
Investigasi sosial merupakan sebuah proses pembelajaran dan analisa yang sistematis mengenai struktur sosial-budaya dan kekuatan atau potensi yang terdapat di target masyarakat yang diorganisir. Dari proses ini diharapkan menghasilkan data terolah yang mempu menggambarkan potret masyarakat yang diorganisir.
3. Membangun Rencana & Strategi
Perencanaan merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi tujuan danmenterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang nyata/konkret dan spesifik. Perencanaan akhir dan pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh komunitas yang diorganisir. Planning is the process of it, tetapi organizer yang memulai memunculkan isu tersebut.
4. Ground work
Proses penajaman dari langkah pengorganisasian, merupakan proses dialogis dan transformatif. Pendekatan yang dilakukan bukan lagi orang per orang tetapi sudah dengan melakukan kelompok-kelompok kecil dengan melakukan dialog mengenai pandangan, impian, analisis, kepercayaan, prilaku yang berkaitan dengan isu/persoalan yang dikeluhkan oleh komunitas. Proses ini bertujuan untuk memastikan keterlibatan kelompok dalam melakukan analisa, pemecahan masalah, dan aksi bersama untuk memecahkan permasalahan tersebut.


5. Rapat-Rapat
Mencari tahu budaya, sejarah, kondisi ekonomi, lingkungan, pemimpin lokal, aktivitas formal dan informal, dalam komunitas. Perjumpaan dengan kelompok besar di aras komunitas dilakukan juga untuk mendiskusikan secara formal mengenai isu yang akan dipecahkan bersama.
6. Role Play
Merupakan sebuah proses dimana anggota kelompok di aras komunitas melakukan simulasi peran melalui dialog, diskusi, lobi, negoisasi, atau bahkan konfromtrasi dalam sebuah studi kasus terkait dengan isu yang diangkat. Berbagai skenario sebaiknya didesain sehingga memberikan proses pembelajaran bagi komunitas dalam proses penyelesaian masalah.
7. Mobilisasi
Merupakan sebuah langkah aksi dari komunitas untuk mencoba menyelesaikan permasalahan yang muncul. Bekaitan dengan isu yang diangkat mungkin ini bisa berupa negoisasi dan atau dialog disertai dengan taktik-taktik yang telah dipersiapkan. Terkait dengan permasalahan eco-socio-environmental ini bisa berupa tindakan mobilisasi anggota dalam komunitas untuk berpartisipasi dalam memulai kegiatan-kegiatan yang dapat menyelesaikan permasalahan mereka.
8. Membangun Organisasi Rakyat
Tujuan dari pengorganisasian komunitas salah satunya adalah membangun organisasi rakyat yang kokoh sehingga mampu menjadi media yang dapat menjembatani segala persoalan dan aspirasi yang ada di aras komunitas. Proses untuk menentukan pemimpin organisasi, peran-peran dalam organisasi disepakati secara demokratis. Demikian juga budaya organisasi dan kesiapan manajemen juga diinisiasi untuk menjamin keberlanjutan organisasi.

9. Evaluasi
Sebuah proses dimana anggota kelompok menilai tentang proses pembelajaran apa yang mereka dapat dari serangkaian kegiatan yang dilakukan, apa yang tidak diraih terkait dengan indikator / hasil yang ditetapkan dalam perencanaan, apa kelebihan dan kelemahan dari proses pelaksanaan aksi yang telah dilakukan dan bagaimana cara meminimalkan segala kelemahan dan kesalahan yang telah dilakukan.
10. Refleksi
Sebuah langkah yang seringkali dianggap sepeleh tetapi disinilah kekuatan spirit sebuah dimana dimensi rasa lebih mengutama untuk kemudian mendorong proses kesadaran diri dari anggota kelompok dalam komunitas. Dalam refleksi, proses pencerahan apa yang terjadi di masing-masing anggota kelompok di aras komunitas dibagikan berbasis pada pengalaman mereka ketika berproses pada saat melakukan aksi.
E. Tujuan Pengorganisasian Komunitas (Masyrakat)
Membangun kekuatan masyarakat: Pengorganisasian komunitas bertujuan untuk mendorong secara efektif modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahannya secara mandiri. Melalui proses CO, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan ketidakberdayaannya dan mengembangkan potensinya dalam mengontrol lingkungannya dan memulai untuk menentukan sendiri nasibnya di masa depan. Hal itu merupakan perwujudan progresif dari kemampuan yang mereka miliki dan kemampuan untuk mempengaruhi sejarah keadaan yang secara dramatis menghilangkan proses dehumanisasi. Sedang dalam proses menghadapi struktur dan institusi yang menekan [mereka/nya], orang-orang diubah dari object dehumanized ke dalam manusia [siapa] yang menyatakan [hak/ kebenaran] mereka, menentukan tujuan mereka dan berdiri dengan martabat secara keseluruhan manusia.
Memperkokoh kekuatan komunitas basis: Pengorganisasian komunitas bertujuan untuk membangun dan menjaga keberlanjutan sebuah organisasi yang kokoh yang dapat memberikan pelayanan terhadap permasalahan-permasalahan dan aspirasi di aras komunitas. Organisasi di aras komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan, mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau kelompok lain untuk semakin memperkokoh kekuatan komunitas.
Membangun jaringan: kelompok organisasi di aras komunitas dan seorang community organiser harus membangun dan tergabung dalam aliansi-aliansi strategis untuk menambah proses pembelajaran dan menambah kekuatan diri. Proses refleksi adalah sebuah proses Dalam proses pengorganisasian komunitas, ada beberapa nilai yang harus dibangun yakni:
1. Mulai dari apa yang ada
Proses pengorganisasian berawal dan dibangun di tingkat lokal, kecil, terdapat isu konkret yang digali di aras komunitas dimana sekelompok orang mau terlibat. Menekankan pada intensitas dan persiapan yang matang dari sekian banyak orang terlibat. Keterlibatan tersebut mulai dari identifikasi isu, pengambilan keputusan, evaluasi, dan refleksi dari proses yang telah dijalani bersama. Pengorganisasian komunitas merupakan sebuah proses dinamis, berkelanjutan dan bisa dikembangkan ke langkah-langkah selanjutnya dari lingkup lokal sampai ke lingkup nasional bahkan internasional, dan dari isu yang konkrit ke isu yang lebih makro bahkan global.
2. Membangun kesadaran melalui proses belajar dari pengalaman
Inti dari proses pengorganisasian komunitas adalah pengembangan kesadaran dan pemahaman untuk bertindak sesuai dengan kenyataan. Conscientisasi (ketersadaran) tidak bisa dicapai melalui mekanisme hafalan yang biasa diterapkan oleh sistem pendidikan bermodel bank system menganggap manusia sebagai obyek yang pikirannya bisa diisi apa saja-. Pencapaian ketersadaran diperoleh melalui tindakan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman hidup. Oleh karena itu, pengorganiasian komunitas memberikan penekanan pada proses belajar dengan melakukan pencarian kebenaran dan pencerahan secara terus menerus melalui media-media aktivitas bersama. Sesuatu yang benar sekarang belum tentu benar untuk masa yang akan datang, manusia dituntut untuk terus mencari kebenaran yang hakiki dari proses dialektika antara teori dan praktek.
3. Keterlibatan dan Keteladanan
Community organizer (CO) dalam pengorganisasian komunitas mempunyai kecenderungan untuk membela yang lemah/miskin, yang tidak berdaya dan tertindas. Tetapi sikap tersebut tidaklah cukup. Perubahan harus dicapai melalui suatu proses partisipatif dimana keseluruhan masyarakat terlibat untuk mempunyai pengalaman dalam mengorganisir.
4. Kepemimpinan
Mereka yang melakukan pengorganisasian komunitas bukanlah pemimpin, juga bukan individu dan kepribadian. Community organizer (CO) adalah pusat dari kelompok, tetapi tidak berorientasi untuk menjadi pemimpin. Pemimpin sebaiknya teridentifikasi, muncul dan telah diuji dalam tindakan dan bukan terpilih karena kekuatan dari luar kelompok. Pemimpin harus mampu mempertanggungjawabkan tindakannya pada publik.
F. Pengorganisasian Berbasis Kemandirian
Pada dasarnya salah satu tujuan pengorganisasian masyarakat untuk mendorong secara efektif modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahannya secara mandiri, artinya semua permasalahan dalam membangun ketatanan kehidupan menuju arah yang lebih baik di laksanakan secara mandiri tanpa bergantung kepada orang lain dalam artian pemerintah.
Namun kemandirian bukan berarti suatu tatanan tubuh berkembang secara mandiri, dan tidak perlu menggalang interkoneksi dengan tatanan lain. Dari sudut pandang teori sistem, tatanan adalah suatu sistem yang terbuka yang walaupun mampu berkembang secara mandiri, tetapi senantiasa menerima dan memberi aliran energi kepada lingkungannya. Dengan adanya interaksi semacam ini, suatu sistem dapat mempertahankan diri, dan bahkan dapat meningkatkan kualitas keberdayaanya. Sebaliknya tanpa interaksi semacam itu, suatu sistem justru akan mengalami degradasi, dan bahkan dapat mencapai tingkat kepunahan.
Pada masa sekarang ini, pemerintah sudah menggalang beberapa program yang berhubungan dengan pemandirian masyrakat melalui organisasi, diantaranya, posyandu, koperasi dan yang skarang ini yang mungkin sangat menarik yaitu (PNPM) Mandiri. Namun disisi lain kesiapan masyarakat akan kemampauan berorganisasi masih kurang, dan ditambah lagi dengan kurangnya sosialisasi tentang program-program yang diluncurkan oleh pemerintah.
Selain itu kemerosotan pola pikir masyrakat yang telah membudaya di masyarakat kita yaitu kecendurungan menadakan tangan dibawah tanpa adanya usaha untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik di masyrakat.
Proses pengorganisasian masyrakat yang bertujuan kemandirian memang membawa dapat positif pada masyarakat. Sehingga masyrakat bisa memberdayakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Ketersediaan potensi lahan, potensi laut, berbagai hasil pertanian, perikanan, perkebunan serta potensi manusianya yang bisa menciptakan sesuatu yang lebih kreati yang bernilai ekonomis. Sehingga apa yang kita miliki dengan ketersediaan sumberdaya manusia dan alam yang sangat melimpah tidak sia-sia dan tidak terjadi pembusukan potensi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorgainisasian masyrakat berbasis kemandirian merupakan suatu proses dimana masyrakat dikelompkan secara teratur dan terorganisasi secara baik untuk memberdayakan sesuatu potensi yang ada pada dirinya dan dilingkungan sekitarnya agar bermanfaat bagi dirinya, anggotanya, maupun orang lain yang pada akhirnya bisa membuat tarap hidup dirinya, anggotanya dan orang lain lebih kedepan tanpa mengandalkan orang lain secra langsung.
II. Rangkuman
Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing) sesungguhnya adalah sebuah pemikiran dan pola kerja yang telah ada dan berlangsung sejak berabad-abad yang lampau, yaitu serangkaian upaya membangun masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan adil dari sebelumnya dengan mengacu pada harkat dan martabat kemanusiaan seutuhnya. Sebagai suatu rumusan konsep pemikiran dan pola kerja paling tidak sudah dikenal pada masa kehidupan Lao Tse di dataran Cina, pada abad 7 sebelum Masehi.
Pada abad keduapuluh konsep dari pemikiran dan pola kerja Pengorganisasian Masyarakat tersebut menjadi populer kembali, sebagai reaksi terhadap gagasan dan praktek-praktek pembangunan atau “modernisasi” yang ternyata berujung pada terinjak-injaknya harkat kemanusiaan dan pengurasan secara dahsyat berbagai sumber daya alam untuk kepentingan sekelompok kecil manusia di bumi ini.
Saul Alinsky dan Paulo Freire adalah sebagian dari tokoh-tokoh yang mengangkat kembali, dan mempraktekkan pemikiran dan pola kerja pengorganisasian masyarakat seiring dengan konsep yang telah dirumuskan oleh Lao Tse, walaupun terjadi perubahan-perubahan (tepatnya : penyesuaian) di tingkat teknis karena latar belakang dan kondisi masyarakat maupun jaman yang berbeda.
Sampai sekarang yang telah dikenal oleh para aktivis Ornop mengenai intisari pemikiran dalam Pengorganisasian Masyarakat adalah, bahwa :
1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri.
2. Masyarakat memiliki pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami.
3. Upaya pembangunan masyarakat akan efektif apabila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan, serta
4. Masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam peran peran pembangunan mereka.
Semangat yang mendasari pilihan atas paradigma Lao-Tse tersebut pada dasarnya adalah mengembalikan harkat dan martabat manusia seutuhnya dalam berbagai gagasan dan proses pembangunan. Untuk itu strategi dasarnya adalah dengan jalan:
1. Menempatkan masyarakat sebagai SUBYEK utama pembangunan, baik dalam proses maupun pencapaian hasil pembangunan.
2. Gagasan suatu pembangunan masyarakat harus mengacu pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri; serta
3. Pembangunan harus bertumpu pada potensi dan kemampuan masyarakat.
Pengorganisasian Masyarakat, yang banyak terfokus pada lingkungan masyarakat marjinal, bekerja dengan mengajak komunitas atau masyarakat untuk membongkar bungkus alienasi (keterasingan) dan marjinalisasi (penyisihan) dengan jalan memerdekakan, melepaskan diri dari proses pembodohan dan pemiskinan yang sudah terjadi secara sistematis dan terstruktur. Jadi, sebuah proses Pengorganisasian Masyarakat yang benar harus mampu memberikan pencerahan dan penyadaran kepada komunitas bahwa kehidupan adalah milik bersama. Pengorganisasian Masyarakat juga harus dapat mengingatkan orang terhadap kecenderungan konsumtif, selalu mencari kemudahan dan pragmatis. Sehingga memiliki daya kreasi dan kemandirian dalam menjalani dan mensikapi kehidupan ini.